Prakata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Ensiklopedia Sastra Indonesia versi Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013. Dalam versi daring ini tidak ada perubahan dan penambahan apa pun dari segi isi, begitu pula dari susunan redaksinya. Dapat dikatakan bahwa Ensiklopedia Sastra Indonesia Daring ini merupakan hasil pengalihwahanaan dari berbasis kertas ke berbasis internet. Meskipun demikian, Ensiklopedia Sastra Indonesia versi cetak tetap diterbitkan, sehingga tersedia dua alternatif pilihan bagi pengguna yang ingin mengakses produk kebahasaan dan kesastraan yang dihasilkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, masyarakat cenderung beralih menggunakan perangkat yang lebih efisien dan praktis. Oleh karena itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa harus menyesuaikan diri dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Pembuatan versi daring ini merupakan salah satu wujud adaptasi terhadap kemajuan teknologi informasi tersebut. Selain itu, versi daring ini kami persembahkan sebagai sumbangan kami dalam mengembangkan bahasa Indonesia, khususnya dalam penyediaan sumber-sumber rujukan kebahasaan dan kesastraan.
Dalam kesempatan ini juga, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sdr. Arawinda Dinakaramani dan Sdr. Dhyayi Warapsari yang telah merancang Ensiklopedia Sastra Indonesia Daring ini sehingga dapat sampai ke tangan pengguna dengan fitur pencarian yang mudah dan ramah pengguna. Semoga produk ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengguna dan memberikan sumbangan yang besar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kebahasaan dan kesastraan.
Kepala Badan Bahasa
Tentang Ensiklopedia Sastra Indonesia
Ada perbedaan mendasar antara sastra Indonesia dan sastra di Indonesia. Tegasnya, sastra Indonesia itu suatu ihwal dan sastra di Indonesia adalah ihwal yang lain. Dengan sastra Indonesia, terkandung makna bahwa sastra itu tertulis dengan dan dalam bahasa Indonesia, sedangkan dengan sastra di Indonesia terkandung makna bahwa sastra itu tidak harus tertulis dengan dan dalam bahasa Indonesia. Hal itu membawa konsekuensi bahwa bahasa menjadi sesuatu yang nisbi: sastra di Indonesia tidak harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Akibatnya, sastra di Indonesia boleh jadi ditulis dalam bahasa Indonesia dan boleh jadi pula ditulis bukan dalam bahasa Indonesia. Tegasnya, sastra di Indonesia dapat menggunakan bahasa daerah dan kita menyebutnya sebagai sastra daerah, yang pada gilirannya juga turut memperkaya sastra Indonesia dalam keberagamannya. Pada konteks lain, ketika manusia Indonesia menjadi kosmopolit, sastra di Indonesia itu ditulis dalam bahasa asing, misalnya dalam bahasa Inggris karena orang Indonesia itu bermukim di Australia. Namun, setakat ini, yang disebut terakhir belum akan dijamah yang dijamah dalam ensiklopedia ini.
Edisi kedua Ensiklopedia Sastra Indonesia adalah babak baru seri ensiklopedia sastra yang disajikan dalam bahasa Indonesia. Tentulah harus ditegaskan bahwa pada edisi kedua ini sastra Indonesia yang ditampilkan pun baru sebagian kecil dari apa yang disebut “sastra Indonesia” itu sendiri. Yang penting, penyusun telah mencoba mengubah orientasi dan pumpunan dalam kerja penyusunan ini. Pembaca pasti akan menemukan banyak lema yang belum dapat disajikan. Diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk menampung ambisi menyajikan buku ensiklopedia yang sungguh-sungguh ensiklopedis. Dalam batas-batas seperti itu kiranya pembaca dapat memahami mengapa buku ensiklopedia ini masih mengandung kekurangan.
Dalam edisi kedua ini perlu dikemukakan bahwa ensklopedia sastra ini bukan semata-mata “penyempurnaan” edisi pertama, melainkan juga perluasan jangkauan objek yang dirambahnya. Kerja “penyempurnaan” yang dimaksudkan di sini adalah pencermatan pemakaian bahasa dan pelurusan informasi yang dipandang menyesatkan, dan juga penambahan jumlah lema. Pengarang, karya, lembaga penerbitan media massa dan media cetak, serta hal-hal lain yang dalam edisi pertama belum termuat yang dalam edisi ini diupayakan pemuatannya. Edisi kedua ini dalam keterbatasannya boleh jadi masih berpotensi untuk menimbulkan “kegaduhan” baru yang menandakan bahwa pembaca merasa ikut “menyusun” dengan cara lain, dan untuk itu tim penyusun tidak akan merasa sendirian.
Kategori Lema
Sejalan dengan perubahan pumpunan dan orientasi penyusunan, kategori lema yang dikemukakan dalam ensiklopedia edisi kedua ini mengalami sedikit perubahan. Lingkup permasalahan yang selanjutnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori lema itu mencakup kategori yang dulu sudah ada, yakni pengarang, karya sastra, media penyebar sastra, dan hadiah/sayembara. Pada edisi ini peristiwa sastra diubah menjadi gejala sastra. Penerjemah juga tidak lagi menjadi kategori tersendiri dalam edisi kedua ini.
Ensiklopedia Sastra Indonesia memuat 580 lema yang dikategorikan ke dalam 6 kelompok lema, yaitu pengarang sejumlah 246, karya sastra sejumlah 217, media penyebar/penerbit sastra sejumlah 52, hadiah/sayembara sastra sejumlah 14, lembaga sastra sejumlah 31, dan gejala sastra sejumlah 20. Setiap kelompok lema disusun secara alabetis.
Pengarang
Pengarang yang dimaksud adalah pengarang karya sastra. Sekurang-kurangnya lema pengarang yang dideskripsikan memuat ihwal waktu kelahiran dan meninggal dunia serta perjalanan hidup kepegaranganya dan yang bersinggungan dengan hal itu. Kemudian, dikemukakan daftar karya yang dihasilkan selama masa kepengarangannya. Kritikus dan esais tidak ikut dideskripsikan dengan pertimbangan bahwa informasi tentang kritikus dan esais secara tidak langsung menjadi bahan dalam artikel pengarang. Oleh karena itu pula, dalam lema pengarang terdapat komentar kritikus, esais, atau pemerhati sastra terhadap pengarang tersebut.
Karya
Informasi yang disajikan berkaitan dengan karya sastra mencakup penerbitan karya dan kandungan isinya. Selanjutnya, dikemukakan pula ihwal komentar kritikus atau pemerhati sastra yang dapat dijadikan dasar bahwa karya itu memperoleh tempat yang sepatutnya dalam tradisi pembacaan sastra. Perlu ditegaskan bahwa sebagaimana yang berlaku pada edisi pertama, pada edisi kedua pun yang dikemukakan adalah komentar yang positif sebagai bentuk apresiasi dalam pengembangan sastra.
Media Penyebar/Penerbit Sastra
Karya sastra tidak mungkin sampai ke pembaca tanpa adanya media penyebaran. Oleh karena itu, media penyebaran yang mereproduksi sastra menentukan hidup dan berkembangnya karya sastra yang hidupnya bergantung pada pembaca. Sebagai wahana penyebar sastra, surat kabar, majalah, dan penerbit merupakan faktor yang penting dalam tradisi bersastra pada zaman modern ini. Pengarang dan karya dikenal dan dikejar-kejar khalayak karena jasa media penyebar itu. Ihwal yang disajikan sehubungan dengan media penyebar sastra adalah nama media, orang yang berperan, tujuan atau misi yang diemban, lingkup penyebaran dan sasaran yang diancangkan, serta sastra yang direproduksi.
Lembaga
Lembaga merupakan hal yang penting dalam perkembangan sastra. Lembaga terkait dengan ideologi pendirinya atau gagasan yang melandasi lembaga itu. Lembaga yang dimaksud bisa organisasi pengarang atau organisasi sosial politik yang untuk kepentingan misi politiknya juga memanfaatkan sastra. Lembaga itu dapat dibentuk oleh pemerintah dapat pula oleh serikat pengarang yang sifatnya swasta, termasuk di dalamnya juga lembaga yag kehadirannya dibutuhkan sebagai pengayom sastra.
Hadiah/Sayembara
Kehidupan sastra ditandai pula oleh adanya bentuk kegiatan pengayoman sastra yang diselenggarakan oleh lembaga atau pihak-pihak yang menaruh perhatian akan kehidupan sastra. Penyelenggaraan sayembara dan pemberian penghargaan atas kreativitas sastrawan merupakan ihwal yang penting untuk diketahui dan disajikan secara khusus. Perkembangan sastra dapat ditopang oleh adanya rangsangan yang dalam sistem sastra dikenal sebagai bentuk pengayoman. Pengembangan sastra pula dapat dimotivasi oleh adanya pelarangan oleh pemegang kuasa yang dalam sistem sastra dikenal sebagai sistem penghambat. Hadiah dan sayembara merupakan wujud nyata sistem pengayoman yang dikendalikan oleh keinginan mengembangakan sastra.
Gejala Sastra
Sastra itu hidup dan berkembang menciptakan berbagai peristiwa yang terkait dengan keberadaan sastrawan, karya sastra, dan pembacanya. Dinamika kehidupan sastra sebagai institusi yang melibatkan pengarang, pembaca, kritikus, guru, dan siswa, serta insan akademik akan muncul dalam liputan wartawan (yang terkadang berstatus pula sebagai sastrawan) sehingga terbaca oleh khalayak. Hal itu semua mejadi bukti adanya kehidupan berkesusastraan di dalam masyarakat yang dalam konteks ensiklopedia ini dikelompokkan sebagai gejala sastra. Wujud gejala sastra itu, antara lain, ialah isu-isu di seputar “nasib” sastra, seperti pelarangan, pengadilan sastra, istilah yang muncul yang menjadi bahan perdebatan sastra. Termasuk pula di dalamnya kata dan istilah sastra yang khas.
Ihwal lain yang perlu dikemukakan dalam pengantar ini adalah menyangkut penyajian lema yang terdiri atas enam kelompok permasalahan. Jika dalam edisi pertama semua kategori lema dilebur dan penyajiannya digabung dalam urutan yang alfabetis, dalam edisi kedua ini keenam kelompok lema itu dipertahankan kerberadaannya. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam memanfaatkan ensiklopedia ini sesuai dengan yang diperlukannya.
Yang terakhir ialah menyangkut istilah teknis yang terkait dengan jenis sastra. Dalam beberapa kasus terjadi penggunaan istilah puisi dan sajak atau roman dan novel. Puisi merujuk pada jenis dan sajak pada realisasi jenis itu. Namun, dalam beberapa kasus penegasan yang terlalu ketat sering kali menimbulkan kesan kaku. Oleh karena itu, penyusun membiarkan pemakaian kedua istilah secara bersinonim. Demikian pula dalam beberapa istilah roman dan novel sering bersubstitusi. Kenyataan di masyarakat memang masih ada yang berpegang pada konsep lama yang membedakan roman dan novel, tetapi di sini penyusun tidak mempermasalahkan secara ketat.