Sengsara Membawa Nikmat

(1929)
Karya Sastra

Sengsara Membawa Nikmat adalah sebuah novel karya Tulis Sutan Sati yang terbit pertama kali pada tahun 1929. Novel itu diterbitkan oleh Balai Pustaka sebagai novel yang dianggap memenuhi kriteria Balai Pustaka. Novel ini diterbitkan untuk cetakan ke-2 pada tahun 1972. Penerbit cetakan ke-3 dilakukan pada tahun 1991, dan cetakan ke-4 dilakukan pada tahun 1993. Pada tahun 2008, Balai Pustaka menerbitkan Sengsara Membawa Nikmat kembali sebagai cetakan kesepuluh dan termasuk dalam Seri Sastra Klasik.

Novel ini berisi bab-bab berikut adalah (1) Bermain Sepak Raga, (2) Senjata Hidup, (3) Dimusuhi, (4) Membalas Dendam, (5) Berkelahi, (6) Pasar Malam, (7) Di Pacuan Kuda, (8) Menjalani Hukuman, (9) Pertolongan dan Kalung Berlian, (10) Lepas dari Hukuman, (11) Meninggalkan Tanah Air, (12) Tertipu, (13) Memperebutkan Pusaka, (14) Bahagia, dan (15) Pertemuan.

Dalam novel ini dikisahkan tokoh utama Midun yang sejak mudanya telah bertentangan dengan Kacak, anak seorang kaya. Berkat berguru pada Haji Abas akhirnya Midun pandai main silat.

Karena tipu muslihat Kacok, Midun dipenjarakan di Padang. Midun menderita dalam penjara karena berhadapan dengan para narapidana yang jahat-jahat. Berkat keahliannya dalam bermain silat, Midun dapat menang pada setiap kali perkelahian. Pada saat Midun mendapat tugas menyapu sebuah jalan, ia menemukan sebuah kaleng berlian. Ternyata kalung itu milik Halimah yang rumahnya tidak begitu jauh dari tempat itu. Midun berkenalan dengan Halimah.

Ketika Midun dibebaskan dari penjara, Halimah minta bantuan Midun untuk melarikannya ke Jawa karena Halimah dipaksa oleh ayah tirinya untuk kawin dengan seseorang. Midun akhirnya membawa Halimah ke Jawa dan terus ke Bogor. Di Bogor ayah Halimah menerima mereka.

Midun menjadi penjual kain di Batavia. Midun ditipu dan dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi Midun mendapat perlakuan yang baik karena Midun bisa mengetik. Ia menjadi juru tulis di kantor Hoofdcammussads. Karena hasil pekerjaan Midun dianggap baik, Midun diterima menjadi menteri polisi di Tanjung Priok. Seiring dengan itu Midun mendapat hadiah beberapa ribu rupiah sebagai imbalan pekerjaannya yang baik itu.

Midun kawin dengan Halimah. Kemudian, Midun menjadi asisten demang di Sumatra. Midun berangkat ke Bukittinggi. Midun bertemu dengan ibu dan adik-adiknya. Di samping menjadi asisten demang, Midun diangkat pula menjadi penghulu, menggantikan mamaknya dengan gelar Datuk Paduka Raja.

Kacak, musuhnya, dipenjarakan di Bukittinggi karena terlibat korupsi uang belasting.Novel ini hendak mengatakan bahwa jika penderitaan itu dapat dijalani dan diatasi dengan tabah, kita akan mendapat kenikmatan pada akhirnya.

Bersamaan dengan Siti Nurbaya, novel ini pada tahun 1980-an diangkat ke dalam bentuk sinetron dan memperoleh tanggapan yang positif dari masyarakat.

Teeuw (1980) dalam Sastra Baru Indonesia mengatakan bahwa novel Sengsara Membawa Nikmat adalah novel Tulis Sutan Sati yang paling menarik, karena bahasanya hidup alurnya membawa kita ke dalam suasana desa Minangkabau dengan kejadian sehari-hari dan segala reaksi manusiawinya. Tema pokoknya tidak khusus bersifat Minangkabau.