S.M. Ardan
(1932—2006)S.M. Ardan terkenal sebagai penulis cerpen dan skenario film. Nama aslinya Syahmardan. Ia juga menulis puisi, novel, dan naskah lenong. S.M. Ardan adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Dia hanya dua bersaudara sekandung karena tiga saudaranya yang lain satu ibu, tetapi berlainan ayah.
S.M. Ardan dilahirkan pada tanggal 2 Februari 1932 di Medan, Sumatra Utara dan meninggal tahun 2006. Ayahnya bernama Muhamad Zein berasal dan Betawi, sedangkan ibunya bernama Nursyah berasal dan Bogor. Pada usia enam bulan ayahnya meninggal dunia dan S.M. Ardan iajak kembali ke Jakarta oleh ibunya. Setelah menginjak usia sekolah, S.M. Ardan bersekolah di Perguruan Taman Siswa yang merupakan lembaga pendidikan yang berandil besar baginya. Dia menamatkan pendidikan di Taman Muda (setingkat sekolah rakyat) pada tahun 1948. Setamat dan Taman Muda S.M. Ardan melanjutkan ke Taman Dewasa (setingkat SMP) dan tamat pada tahun 1951 lalu melanjutkan ke Taman Madya (setingkat SLTA) tetapi tidak tamat.
Semasa bersekolah S.M. Ardan telah menjadi redaktur majalah Suluh (1953—1954), yaitu majalah perguruan Taman Siswa di Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi redaktur majalah Pena. Setamat dari Taman Madya, S.M. Ardan menjadi redaktur majalah Arus (1954), redaktur majalah Genta (1955—1956), redaktur majalah Trio (1958), redaktur majalah Abad Muslimin (1966). Selain menjadi redaktur, S.M. Ardan juga pernah menjadi wartawan Berita Minggu Suluh Indonesia (1959—1966), Suara Indonesia (1967—1970), Violeta (1972—1977), dan Citra Film (1981—1982).
Aktivitas menulis ia tekuni pada tahun 1950-an, diawali dengan menulis puisi di majalah sekolahnya. Berdasarkan pengalaman menulis di majalah sekolah itu, ia lalu mencoba mengirimkan puisi-puisinya ke majalah dewasa. Usahanya membuahkan hasil sampai tulisannya yang berbentuk cerpen dan pembicaraan film dimuat di berbagai media massa, antara lain Merdeka, Aneka, Pemuda, Mimbar, Indonesia Djaya, Mimbar Indonesia, Kisah,
Siasat, Gelanggang, Pujangga Baru, dan Zenith. Karya-karya S.M. Ardan yang telah dipublikasikan adalah kumpulan puisi yang ditulis bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit berjudul Ketemu di Jalan dan telah diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1955. Kumpulan cerpennya berjudul Terang Bulan Terang di Kali diterbitkan Gunung Agung tahun 1956. Dalam dunia drama, S.M. Ardan juga menghasilkan lakon berjudul Nyai Dasima yang diterbitkan oleh Triwarsa tahun 1965. Kumpulan cerpen Terang Bulan Terang di Kali dan Nyai Dasima ini telah mengalami cetak ulang dan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya.
Meskipun menyadari bahwa dirinya bukan orang Betawi asli, S.M. Ardan sangat mencintai kehidupan masyarakat Betawi. Kemungkinan karena S.M. Ardan dibesarkan di lingkungan masyarakat Betawi dan ayahnya asli Betawi. Selain itu, darah seni diwarisi dari ayahnya yang dikenal sebagai seorang fotografer. Oleh karena itu, S.M. Ardan mencoba memadukan bakat seni yang diterimanya dengan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam mengungkapkan karya ciptaannya. Untuk itu, sejak tahun 1969 ia ikut melestarikan kesenian tradisional Betawi, yaitu lenong, di Taman Ismail Marzuki. ia berperan sebagai penggubah lakon dan sutradara.
Minatnya terhadap dunia perfilman sudah mulai terlihat sejak pertama kali menulis. Oleh karena itu, di samping menulis di media massa S.M. Ardan juga aktif menulis skenario film, yaitu Terang Bulan Terang di Kali, tahun 1956, Di Balik Dinding, tahun 1956, Si Pitung, tahun 1970, Si Gondrong, tahun 1971, Brandal-Brandal Metropolitan, tahun 1971, Pendekar Sumur Tujuh, tahun 1971, dan Pembalasan si Pitung, tahun 1977.
Aktivitasnya di bidang teater terlihat ketika tahun 1963-1965 S.M. Ardan menjadi ketua Seksi Teater Kuncup Harapan. Kelompok sandiwara ini pernah mengadakan pertunjukan di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia dan pernah tampil di TVRI. Pementasan lenong yang pernah melibatkan S.M. Ardan adalah Buronan Teluk Naga, Mandor Bego, pendekar Bodo, Si Gohang, Ronggeng Krawang, Nyai Saiah, Abunawas, dan Nyai Dasima.
Sebagai seorang pengarang, S.M. Ardan juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) selama dua periode, yaitu dari tahun 1982-1990. Sejak tahun 1978 S.M. Ardan bekerja di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.
S.M. Ardan menikah dengan Masfufah, gadis Kwitang, Jakarta Pusat. Dia berprinsip bahwa dalam berumah tangga sebaiknya memiliki kematangan dalam segala hal. Atas dasar itu, ia menikah pada tahun 1977 dalam usia 45 tahun. Dari perkawinannya ini S.M. Ardan dikaruniai dua orang putra dan seorang putri, yaitu Ariansyah, lahir tahun 1978, Armansyah, lahir tahun 1979, dan Armalia lahir tahun 1980.