Darmanto Jatman

(1942—...)
Pengarang

Darmanto Jatman yang terlahir dengan nama Soedarmanto juga dikenal dengan nama Darmanto Jt., dan nama panggilan akrabnya adalah Toto. Dia lahir di Jakarta, 16 Agustus 1942, dari kalangan keluarga Kristen Jawa asal Yogyakarta. Darmanto merupakan anak lelaki tertua dari enam orang bersaudara dari pasangan Lasinem dan Jatman. Darmanto menikah dengan Sri Maryati, Februari 1970.

Pendidikan Darmanto dimulai dari sekolah dasar di Klitren Lor, Yogyakarta dan sekolah minggu di gereja dekat tempat tinggalnya. Setamatnya dari SMA III B Padmanaba, bagian Ilmu Pasti Alam, Yogyakarta, Darmanto segera melanjutkan pendidikannya ke Falkutas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tamat tahun 1968. Segera setelah tamat, ia melanjutkan studinya tentang Basic Humanities di East West Center Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat (1972—1973). Darmanto juga mempelajari bidang Development Planing untuk menambah wawasan keilmuan pada program diploma University College London, Inggris (1977—1978). Selanjutnya, ia juga berhasil meraih gelar sarjana utama (S-2) dari Progam Pascasarjana Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (1985).

Setelah berhasil meraih gelar kesarjanaan dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1968), Darmanto mendapat pekerjaan sebagai staf pengajar (dosen) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro, Semarang. Sebagai seorang ilmuwan dan budayawan, Darmanto juga pernah mengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, mendirikan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Sugiyapranoto, Semarang (1984), Progam Studi Psikologi, bagian dari FISIP Universitas Diponegoro, Semarang (1996). Selain itu, ia juga aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Semarang dan kota-kota lain di Jawa Tengah, serta menjadi motivator dalam berbagai pertemuan para profesional.

Darah seni yang dimiliki Darmanto merupakan bakat alam dan sudah ditakdirkan oleh yang Mahakuasa. Sejak dari muda belia hingga masa tuanya Darmanto tetap bergulat mengutak-atik bahasa sebagai sarana menulis puisi. Oleh karena itu, Darmanto layak disebut sebagai seorang penyair dengan segudang puisi dan sekaligus segudang prestasi. Jumlah puisinya ratusan dan tersebar dalam berbagai media masa dan penerbitan. Darmanto menurunkan darah seninya kepada anak-anaknya, yaitu Omi Intan Naomi (penyair wanita angkatan 2000 versi Korrie Layun Rampan), Abigael Wohing Ati, Bunga Jeruk Permata Pekerti, Aryaning Aryo Krishna, dan Gautama Jatining Sesami. Anak-anak Darmanto itu pun mengukir prestasi dalam bidang karya sastra dan seni.

Darmanto sebagai seorang intelektual yang bergerak dalam bidang pengembangan pendidikan dan penelitian banyak melakukan penelitian dengan berbagai ragam tema. Pluralisme atau multikulturalisme termasuk salah satu tema penelitian yang ditekuni Darmanto sejak tahun 1980-an. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila dalam puisi-puisinya maupun tulisan-tulisan esainya ia banyak berbicara masalah pluralisme dan multikulturalisme. Kegiatan lain yang dilakukan Darmanto selama ini adalah menjadi Kepala Pusat Lembaga Penelitian Sosial Budaya Universitas Diponegoro, Semarang (1990—1996), penggiat masalah perdamaian, pluralisme, dan multikulturalisme di tengah kehidupan masyarakat madani, fasilitator bagi LSM-LSM, seperti LIMPAD, Forum Salatiga, dan Persepsi, serta menjadi konsultan dan fasilitator pengembangan sumber daya manusia di kota Semarang khususnya, Jawa Tengah pada umumnya. Dia pun pernah ditunjuk oleh Prof. Dr. Muladi, S.H. (ketika itu menjabat sebagai Rektor Universitas Diponegoro Semarang) menjadi Ketua Jurusan Psikologi di Universitas Diponegoro (1995—2002).

Tulisan-tulisan Darmanto meliputi puisi, naskah lakon, esai, cerita pendek, dan artikel tentang masalah-masalah sosial budaya dan psikologi. Ketika Darmanto masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta (1964), ia pernah mendirikan Teater Kristen Yogya, Studiklub Sastra Kristen Yogya dan menerbitkan kumpulan Sajak-Sajak Putih (1965) bersama Jajak MD dan Dharmadi Sosropuro, serta menerbitkan Sajak Ungu bersama A. Makmur Makka (1966). Darmanto juga pernah menyutradarai beberapa pementasan teater, antara lain "Perang Troya Tak Akan Meletus" karya Jean Girodeaux (1967) kemudian setelah tahun-tahun itu, Darmanto pun ikut ramai-ramai menulis puisi di majalah sastra Horison dan pentas pembacaan puisi di DKJ, TIM, Jakarta, serta menerbitkan puisi-puisinya Sang Darmanto di Yayasan Puisi Indonesia (1976).

Pada tahun 1980-an Darmanto diundang untuk membacakan puisi-puisinya di forum-forum internasional, antara lain Festival Puisi Adelaide, Autralia (1980) dan International Poetry Reading di Rotterdam, Negeri Belanda (1983). Puisi-puisi yang ditulis untuk kedua kegiatan itu kemudian dibukukan oleh Darmanto menjadi Ki Blakasuta Bla Bla. Setelah itu, ia terus bergolak menciptakan sejarah pembuatan puisi nyleneh dan glenyengan menghadirkan buku Karto Iyo Bilang Mboten.

Karya-karya Darmanto banyak, antara lain Sajak-Sajak Manifes (1968), Bangsat (1975), Ki Blaka Suta Bla Bla (1980), Karto Iyo Bilang Mboten (1981), Sang Darmanto (1982), Golf untuk Rakyat (1995), Isteri (1997), dan Sori Gusti (2002). Beberapa puisi Darmanto juga dimuat dalam buku antologi, antara lain Laut Biru Langit Biru (1977, ed. Ajip Rosidi), Tugu (1986, ed. Linus suryadi Ag.), dan Horison Sastra Indonesia I Kitab Puisi (2002, ed. Taufiq Ismail dkk.). Beberapa puisi juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, antara lain dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Jepang. Harry Aveling menerjemahkan puisi-puisi Darmanto ke dalam bahasa Inggris bersama puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri dan Abdul Hadi W.M. dalam Arjuna in Meditation (1976).

Selain menulis karya sastra Darmanto juga mengumpulkan esai-esai dan artikelnya yang diterbitkan menjadi buku, antara lain Sastra, Psikologi, dan Masyarakat (1985), Sekitar Masalah Kebudayaan (1986), Komunikasi Manusia (1994), Salah Tingkah Orang Indonesia (1995), Perilaku Kelas Menengah Indonesia (1995), Psikologi Jawa (1997), Politik Jawa (1999), Indonesia Tanpa Pagar (2002), dan Terima Kasih Indonesia. Dua buku yang disebutkan terakhir ditulis bersama Adriani S. Soemantri.

Pada usianya yang ke-60 tahun, Darmanto mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, dalam rangka Bulan Bahasa dan Sastra 2002, bersama dengan Gus Tf (dari Sumatra Barat), dan Joko Pinurbo (dari Yogyakarta). Pada tahun itu juga ia mendapatkan anugerah The SEA Write Award 2002 dari Putra Mahkota Thailand Maha Vajiralongkom atas buku kumpulan puisinya Isteri. Upacara penyerahan hadiah sastra tingkat Asia Tenggara itu dilakukan pada tanggal 3—9 Oktober 2002 di Grand Ballroom, The Oriental Hotel Bangkok,Thailand. Tahun 2008 Darmanto Jatman pada usia 65 tahun dikukuhkan menjadi guru besar Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.